Senin, 30 Desember 2013

Memento

Hujan yang dingin nan gerimis mengatur suhu ruanganku yang memang setiap hari pengap karena banyak sekali barang dan baju belum kubereskan. Benar-benar suasana kosan seperti begini dah…

Sudah jam 12 malam, 25 Desember. Kidung-kidung “Silent Night” dan “White Christmas” berdendang di sepanjang jalan Flinders selama Aku didalam studio flat lantai 39. Sedikit spacious iya, namun ini dikarenakan Aku beruntung mendapatkan flat tersisa setelah sebagian besar terpakai untuk mahasiswa lainnya.

Oh iya, saatnya membuka kotak kiriman dari Jakarta. Seringkali kuminta untuk mengirimkan satu boks “Tolak Angin” untuk ku-share dengan teman satu lantaiku yang sering mengadakan sesi “Let’s Play” PCnya.
Didalamnya ternyata lain isinya.

Adalah sebuah mainan pajangan yang pernah kupunya sejak aku masih SD, seingatku sejak aku mengenal Digiman lewat alat seperti “Tamagochi” aku selalu meminta agar dibelikan sedikitnya satu saja. Satu tokoh ini, “evolusi perubahan” tingkat “Mega” yang menjadi favorit di kartun Digiman Adventure, ialah mainan yang dikirimkan. Bukan Gendum, Ngamen Keder, ataupun Super Sempak, melainkan satu figure Digiman yang pernah kubeli di Hongkong beberapa tahun lalu. Kenangan yang indah ya…

Dibawahnya tercarik surat yang lusuh tertimpa mainan tersebut. Dari ibuku!

“Anandaku.

Ini adalah surat yang kesekian kalinya kunasehatkan kepadamu. Semoga kamu tidak lelah mendengarkan nasehatku dan bias dicamkan dengan baik.

Aku mengirimkan kepadamu mainan yang pernah kita beli di Hongkong beberapa tahun yang lalu. Mengingatkanku kepada pengalaman kita disana selagi tersesat di jalan Wan Chai mencari makan malam diluar, akhirnya ke kedai mi yang kecil. Keesokannya kau pernah menumpahkan segelas the milik pedagang pernak-pernik di pasar dekat hotel, hingga kau menangis mengaku tidak sengaja. Untunglah penjual itu baik dengan kita. Apakah kamu masih mempunyai sifat “nyampluk” tanpa disengaja disana?

Anakku, telah lama aku belum menerima kabarmu disana. Ingatlah bahwa aku tidak ingin apa-apa darimu. Hanya sebuah artikel tentang dirimu tentang kebaikanmu kepada sesama ataupun pencapaian sudah cukup. Ibu dan bapak mengikhlaskanmu untuk meneruskan sekolahmu hingga kau bisa menjadi orang yang tidak cuma menghargai uang tapi hati nurani.

Semoga kau sejahtera disana. Kudoakan selalu kepadamu.

Ibu

NB: Aku sudah bisa menggunakan internet, kapan2 kita telepon, ya?”


Telepon. Maksud ibuku adalah Skype-an. Sepertinya apa yang telah kusalurkan akhirnya menghasilkan manfaat juga…

Namun yang penting adalah mainan dari bingkisan ini! Sebelum aku menginjak kelas 1 SMP, aku sering bermain dengan figur ini untuk menyita waktu menunggu waktuku belajar. Selalu aku membutuhkan teman yang bisa mendampingiku sewaktu aku kesepian ataupun menggalau menunggu rapor.
Oleh itulah, kutaruh disamping figur Danbo yang kudapat dari Jepang dan menjadi penyemangat hidupku sekaligus memento dari Ibuku.

Terima kasih, Ibu. Walaupun engkau telah uzur, Ibu tetap mengingatku dan masih menjadi tempat sandaranku dikala ku menangis ataupun marah. Ampuni anakmu yang kurang ajar ini hingga aku mengerti makna kehidupan yang sesungguhnya…


Terima kasih Ibu. Terima kasih sekali.


1 komentar:

  1. Bagus sekali tulisannya. Semoga semua doa dan harapan mama Seno bisa terkabul. Seno lagi di Melbourne ya?

    BalasHapus