Hujan yang dingin nan gerimis mengatur suhu
ruanganku yang memang setiap hari pengap karena banyak sekali barang dan baju
belum kubereskan. Benar-benar suasana kosan seperti begini dah…
Sudah jam 12 malam, 25 Desember.
Kidung-kidung “Silent Night” dan “White Christmas” berdendang di sepanjang
jalan Flinders selama Aku didalam studio flat lantai 39. Sedikit spacious iya, namun ini dikarenakan Aku
beruntung mendapatkan flat tersisa setelah sebagian besar terpakai untuk
mahasiswa lainnya.
Oh iya, saatnya membuka kotak kiriman dari Jakarta. Seringkali kuminta untuk mengirimkan satu boks “Tolak Angin” untuk ku-share dengan teman satu lantaiku yang sering mengadakan sesi “Let’s Play” PCnya.
Oh iya, saatnya membuka kotak kiriman dari Jakarta. Seringkali kuminta untuk mengirimkan satu boks “Tolak Angin” untuk ku-share dengan teman satu lantaiku yang sering mengadakan sesi “Let’s Play” PCnya.
Didalamnya ternyata lain isinya.
Adalah sebuah mainan pajangan yang pernah
kupunya sejak aku masih SD, seingatku sejak aku mengenal Digiman lewat alat
seperti “Tamagochi” aku selalu meminta agar dibelikan sedikitnya satu saja.
Satu tokoh ini, “evolusi perubahan” tingkat “Mega” yang menjadi favorit di
kartun Digiman Adventure, ialah mainan yang dikirimkan. Bukan Gendum, Ngamen
Keder, ataupun Super Sempak, melainkan satu figure Digiman yang pernah kubeli
di Hongkong beberapa tahun lalu. Kenangan yang indah ya…
Dibawahnya tercarik surat yang lusuh
tertimpa mainan tersebut. Dari ibuku!
“Anandaku.
Ini adalah surat yang kesekian kalinya
kunasehatkan kepadamu. Semoga kamu tidak lelah mendengarkan nasehatku dan bias
dicamkan dengan baik.
Aku mengirimkan kepadamu mainan yang pernah
kita beli di Hongkong beberapa tahun yang lalu. Mengingatkanku kepada
pengalaman kita disana selagi tersesat di jalan Wan Chai mencari makan malam
diluar, akhirnya ke kedai mi yang kecil. Keesokannya kau pernah menumpahkan segelas
the milik pedagang pernak-pernik di pasar dekat hotel, hingga kau menangis
mengaku tidak sengaja. Untunglah penjual itu baik dengan kita. Apakah kamu
masih mempunyai sifat “nyampluk” tanpa disengaja disana?
Anakku, telah lama aku belum menerima
kabarmu disana. Ingatlah bahwa aku tidak ingin apa-apa darimu. Hanya sebuah
artikel tentang dirimu tentang kebaikanmu kepada sesama ataupun pencapaian
sudah cukup. Ibu dan bapak mengikhlaskanmu untuk meneruskan sekolahmu hingga
kau bisa menjadi orang yang tidak cuma menghargai uang tapi hati nurani.
Semoga kau sejahtera disana. Kudoakan selalu kepadamu.
Ibu
NB: Aku sudah bisa menggunakan internet, kapan2 kita telepon, ya?”
Telepon. Maksud ibuku adalah Skype-an. Sepertinya apa yang telah kusalurkan akhirnya menghasilkan manfaat juga…
Semoga kau sejahtera disana. Kudoakan selalu kepadamu.
Ibu
NB: Aku sudah bisa menggunakan internet, kapan2 kita telepon, ya?”
Telepon. Maksud ibuku adalah Skype-an. Sepertinya apa yang telah kusalurkan akhirnya menghasilkan manfaat juga…
Namun yang penting adalah mainan dari
bingkisan ini! Sebelum aku menginjak kelas 1 SMP, aku sering bermain dengan
figur ini untuk menyita waktu menunggu waktuku belajar. Selalu aku membutuhkan
teman yang bisa mendampingiku sewaktu aku kesepian ataupun menggalau menunggu
rapor.
Oleh itulah, kutaruh disamping figur Danbo
yang kudapat dari Jepang dan menjadi penyemangat hidupku sekaligus memento dari Ibuku.
Terima kasih, Ibu. Walaupun engkau telah uzur, Ibu tetap mengingatku dan masih menjadi tempat sandaranku dikala ku menangis ataupun marah. Ampuni anakmu yang kurang ajar ini hingga aku mengerti makna kehidupan yang sesungguhnya…
Terima kasih, Ibu. Walaupun engkau telah uzur, Ibu tetap mengingatku dan masih menjadi tempat sandaranku dikala ku menangis ataupun marah. Ampuni anakmu yang kurang ajar ini hingga aku mengerti makna kehidupan yang sesungguhnya…
Terima kasih Ibu. Terima kasih sekali.
Bagus sekali tulisannya. Semoga semua doa dan harapan mama Seno bisa terkabul. Seno lagi di Melbourne ya?
BalasHapus